Melihat animo para pengunjung blog ini yang selalu meningkat,
saya merasa surprise. Maka dari itu saya pun berusaha untuk meng-update
blog ini secara berkala. Sebenarnya blog ini tidak hanya membahas
mengenai alat kontrasepsi semata. Blog ini juga membahas mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan keluarga. Termasuk diantaranya tumbuh
kembang balita serta upaya untuk memperbaiki kualitas keluarga melalui
pemberdayaan ekonomi keluarga.
Namun, mengingat antusias pengunjung blog ini rata-rata adalah
mencari informasi seputar alat kontrasepsi, maka saya selaku pengelola
dan penulis di blog ini kembali tergerak untuk menyajikan informasi
seputar kasus-kasus yang terjadi pada akseptor yang pernah dipasangi
IUD.
Dari beberapa topik yang saya ketengahkan, ternyata topik mengenai
IUD paling banyak yang mengunjungi. Ini terlihat dari rekam jejak para
penanya yang secara tidak langsung berkonsultasi melalui kolom komentar.
Adakalanya saya kebingungan dengan pertanyaan saudara-saudara
sekalian, maka sayapun meminta bantuan salah seorang dokter spesialis,
yaitu dr. Handi Intan, SpOG. Alhamdulillah, dokter Handi selalu mau
menjawab pertanyaan yang saya ajukan, yang merupakan pertanyaan ibu-ibu
sekalian. Bahkan itu menjadi pelajaran penting juga bagi saya.
Nah, mengingat ada beragam pertanyaan mengenai IUD, maka saya akan
meng-copy paste beberapa pertanyaan yang pernah ditanyakan. Alasan saya
meng-copy paste pertanyaan tersebut bukan apa-apa, hanya ingin berbagi
ilmu saja, barangkali ada diantara anda sekalian yang memiliki kasus
yang sama dengan sang penanya. Kenapa saya angkat pertanyaan-pertanyaan
dari pengunjung blog ini kedalam satu artikel khusus? Karena saya pikir
ini akan bermanfaat untuk anda sekalian yang mungkin terkena kasus
serupa. Jadi ini bukan upaya ‘menguliti’ para penanya ya. Mari kita
berpikir positif bahwa saya mengangkat kasus-kasus khusus ke dalam satu
artikel khusus dan membagikannya kepada para pembaca sekalian
semata-mata adalah untuk memberikan pencerahan bahwa selalu ada hal-hal
yang tak terduga dalam pemasangan kontrasepsi, dan Solusinya seperti
apa.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang pernah hadir di kolom komentar pertanyaan seputar IUD bagian 1 dan keuntungan-kerugian IUD.
#1. Pertanyaan pertama sengaja saya angkat dari kasusnya Bunda Galau yang memiliki kasus sedikit “unik”.
Salam kenal Mas…..
Pada waktu melahirkan melalui operasi caesar, tahun 2003, saya
dipasangi IUD. Pada tahun 2007 IUD di lepas karena berniat menambah
momongan. Namun hingga kini (2012) belum dikaruniai juga, Selama
2007-kemarin, saya belum pernah memeriksakan diri ke dokter kandungan,
mengingat tidak pernah ada keluhan. hingga kemarin, saat mengantar kakak
ke dokter kandungan, saya iseng melakukan USG untuk mengetahui kondisi
rahim saya mengapa tidak hamil-hamil. Ternyata masih ada sisa patahan
IUD nya. Dokter menyarankan untuk segera operasi.
memang waktu proses pelepasan IUD di Bidan, Bidan ybs sempat
mengeluhkan kesulitan, dan sempat memanggil rekan bidan lainnya, ketika
proses pelepasan itu juga IUD tidak diperlihatkan, hanya bilang bahwa
IUD sudah di lepas, padahal dulu (sebelumnya beberapa kali saya bongkar
pasang IUD, selalu di perlihatkan).
Yang ingin saya tanyakan, apakah operasi pengambilan sisa IUD itu
harus segera dilakukan? jika tidak diambil, dapatkah berdampak pada
kondisi rahim saya? benarkah tidak bisa hamil karena alat sisa IUD itu?
mengingat sisa IUD itu menempel di bagian kanan, sedangkan kita masih
punya indung telur sebelah kiri.
Jadi artinya kalaupun seumur hidup patahan itu tidak diambil, tidak akan berdampak apa-apa kan?
Terima kasih ya Mas,
(bunda galau )
(bunda galau )
Untuk menjawab pertanyaan Bunda Galau, sejujurnya saya kebingungan
karena itu sudah masuk wilayah medis. Beruntung salah satu teman saya
yang berprofesi sebagai dokter ahli syaraf di RSHS Bandung menyarankan
untuk bertanya kepada salah seorang dokter spesialis Obgyn, yaitu dr.
Handi Intan, SpOG. Dan berikut ini adalah jawaban dari dr. Handi Intan,
SpOG:
Yang biasanya patah
tertinggal pada saat pencabutan IUD adalah bagian sayap. Itu kecil dan
tidak memadai sebagai kontrasepsi. (jika seukuran sayap itu bisa punya
efek kontrasepsi, tentu semua IUD akan diubah cukup seukuran sayapnya
itu saja).
Yang terjadi pada ibu adalah yang disebut sebagai infertilitas sekunder. Kalau mau hamil (lagi) ya diperiksa sama seperti pemeriksaan kemandulan yaitu analisis sperma, siklus haid, USG (kalau2 ada massa yg menekan kavum uteri atau tuba), HSG dan kadar progesteron. Patahan IUD-nya tidak perlu diangkat, karena terbuat dari bahan plastik yang tidak menimbulkan reaksi apa-apa di dalam badan.
(Jadi artinya kalaupun seumur hidup patahan itu tidak diambil, tidak akan berdampak apa-apa kan?)
Iya gak apa itu bahan inert artinya tdk aktif. Kalaupun yg
ada tembaganya tdk masalah cuma tdk ada efek kontrasepsi aja. Isi
tembaganya sdh habis, makanya kalau KB normal kan ada jangka waktu hrs
diganti kl gak bisa hamil, itu sebabnya, bukan krn bahaya.
Sumber: dr. Handi Intan SpOG, RS Omni Alam Sutra.
#2. Pertanyaan berikutnya datang dari salah seorang ibu di Pasuruan Jawa Timur
Assalamu’alaikum.
Selamat siang. Begini, saya sedang ada masalah tentag siklus haid yang tidak teratur. 3 bulan yang lalu saya memakai IUD.Tapi bulan pertama sampai bulan ke 3 haidnya lancar, nah memasuki bulan ke 4 ini saya belum datang haid juga. Saya takut banget kalo hamil lagi, bukankah klo pakai kb IUD tu haidnya teratur? Sedangkan bayi saya masih berusia 6 bulan, dan waktu melaihrkan secara cecar. Trima kash sbelumnya
wassalam. Pasuruan
Selamat siang. Begini, saya sedang ada masalah tentag siklus haid yang tidak teratur. 3 bulan yang lalu saya memakai IUD.Tapi bulan pertama sampai bulan ke 3 haidnya lancar, nah memasuki bulan ke 4 ini saya belum datang haid juga. Saya takut banget kalo hamil lagi, bukankah klo pakai kb IUD tu haidnya teratur? Sedangkan bayi saya masih berusia 6 bulan, dan waktu melaihrkan secara cecar. Trima kash sbelumnya
wassalam. Pasuruan
Untuk kasus ibu di Pasuruan ini saya menduga bukan hamil,
melainkan hanya terlambat haid saja. ini adalah masalah yang biasa
terjadi pada ibu menyusui. Apalagi yang memberikan ASI eksklusif selama
enam bulan.
Selama masa menyusui, terjadi perubahan hormone yang dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Hormone prolaktin inilah
yang memengaruhi sekresi hormon estrogen dan progesteron. kedua hormon
tersebut akan berpengaruh terhadap haid. nah, hormon prolaktin ini
menekan keluarnya hormon tersebut, akibatnya ibu belum haid juga.
hormon prolaktin ini muncul pada saat ibu sedang menyusui.
terutama asi eksklusif. sampai enam bulan pertama, biasanya hormon
prolaktin ini memberikan pengaruh signifikan terhadap masa haid.
saran saya: coba lakukan test dengan testpack terlebih dahulu untuk memastikan apakah hamil atau tidak. semoga saja tidak ya..
salam
#3. Pertanyaan dari seorang Ibu C
malem pa..berbahayakah jika menggunakan iud tapi tidak pernah
chek ke dokter selama 6 tahun…dan apakah jika di buka iud akan terasa
sakit
terimakasih
terimakasih
jika ditanya berbahaya atau tidak, jawabnya adalah tidak berbahaya selama anda tidak mengalami keluhan apa-apa.
ketika dibuka tidak akan terasa sakit. malah katanya, membuka IUD lebih gampang ketimbang pemasangannya…
trims.
ketika dibuka tidak akan terasa sakit. malah katanya, membuka IUD lebih gampang ketimbang pemasangannya…
trims.
sebenarnya masih banyak yang ingin saya angkat, namun demi kenyamanan mata anda, maka saya hadirkan sedikit saja dulu. (HS)
0 komentar:
Posting Komentar